Berdasarkan artikel yang pernah di muat di HBR (Havard Business Review) pada 2016 lalu (https://hbr.org/2016/03/the-most-important-leadership-competencies-according-to-leaders-around-the-world) mengenai kriteria atau kompetensi leader yang efektif yang dilakukan pada 195 leader di 15 negara dan di 30 perusahaan dunia, urutan pertama ternyata cukup mencengangkan dan di luar dugaan. Leader yang efektif bukanlah tentang tingginya pengalaman atau banyaknya pengetahuan yang dimiliki, namun leader yang memiliki etika yang kuat dan rasa aman.
Di peringkat kedua dan ketiga menunjukkan faktor yang mendukung peringkat pertama. Selain tingginya etika, yang diartikan komitmen tinggi terhadap kemajuan perusahaan, leader efektif juga mengkomunikasikannya pada karyawan dan menanamkan keyakinan mereka dapat maju bersama, dengan menjelaskan details goals yang ingin di capai dan langkah-langkah yang harus dilakukan. Sebagai leader yang memiliki etika,aturan main di buat yang jelas, Setiap orang di dalam perusahaan memiliki hak dan kewajiban yang diatur sedemikian rupa dan setiap personil memahami apa yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnya. Tidak ada yang diutamakan, tidak ada yang diremehkan. Tercipta keadilan. Hal inilah yang mendatangkan rasa aman pada karyawan karena karyawan percaya pada manajemen dan pimpinan, maka karyawan pun beraktifitas dengan semangat, berkreativitas, melakukan inovasi dan terlibat secara penuh dalam kegiatan perusahaan.
Ternyata sistim otak manusia menguatkan poin ini. Saat amigdala merasa terancam, arteri mengeras dan menebal, aliran darah meningkat dan mengeluarkan respon melawan atau menghindar. Dalam keadaan ini, kreatifitas pun terhambat. Artinya, perlu menjadi perhatian penting para leader untuk menciptakan kejelasan,keadilan, keamanan dan kenyamanan agar tim semakin produktif.
Apakah di 2020, kriteria ini masih bisa di pakai? Mengingat tantangan dunia bisnis semakin tinggi, ke depan suasana tak menentu, tidak ada trend, semua flat dan floating sehingga tidak ada yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi di kemudian hari? Tentu saja jawabannya ya. Karena kita bicara tentang susunan otak dan cara kerja otak manusia. Apapun yang terjadi, stimuli yang masuk diterjemahkan dengan cara yang sama. Jika terancam, manusia berhenti berkreativitas. Sebaliknya, jika nyaman dan aman, kreativitas keluar dengan sendirinya.
Bagaimana dengan leader? Yang memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar. Ia harus memikirkan nasib perusahaan ke depan, mengambil langkah strategis yang selalu mengandung resiko. Bagaimana mungkin leader menciptakan keamanan dan kenyamanan,sementara secara pribadi dia pun sedang bingung untuk kelangsungan bisnis di masa yang akan datang.
Di sinilah tantangannya. Leader harus kembali melihat hakikat penciptaan dirinya. Apa tujuan Tuhan menempatkan dirinya sebagai seorang pemimpin. Ambil hikmah atas setiap kejadian dan kondisi. Gali kemampuan yang dimilikinya dan apa yang ada di sekitar dirinya yang dapat diberdayakan sehingga perusahaan tetap bertahan dan terus tumbuh. Keyakinan akan pertolongan Tuhan dan mental yang kuat untuk terus bertahan, akan mengeluarkan energi positif yang dapat dirasakan seluruh tim. Tetaplah konsisten memiliki etika dan menciptakan kenyamanan
Untuk membangkitkan semangat juang, cobalah melakukan visualiasi diri. Bagaimana kira kira tanggapan karyawan dan orang sekitar yang mengenal Anda, tentang diri Anda, kepemimpinan Anda dan hal hal yang telah Anda kontribusikan untuk perusahaan, keluarga dan lingkungan. Apakah mereka bangga atas usaha dan kesungguhan yang telah Anda ukir selama ini, atau sebaliknya. Visualiasi dapat menjadi booster ampuh saat Anda rapuh.
Salam Inspirasi.