Sudah lebih sebulan Indonesia berperang melawan virus corona. Jumlah pasien yang terjangkit virus ini terus naik significant, dan mereka yang wafat prosentasenya masih melebihi dari negara-negara lain yang juga terjangkit virus corona. Lebih dari 7% prosentasenya. Tak ayal, kondisi ini di satu sisi meningkatkan kewaspadaan masyarakat, di sisi lain kecemasan pun meningkat tajam. Sebagian orang menjadi paranoid, cemas berlebihan. Tidak berani keluar rumah, benar benar menutup diri dan takut terhadap semua hal.
Dalam jangka pendek, kecemasan dapat meningkatkan respons sistem kekebalan. Kortisol (hormon steroid yang diproduksi oleh kolesterol di dalam dua kelenjar adrenal yang terdapat pada tiap ginjal) mencegah pelepasan zat-zat yang menyebabkan peradangan, dan mematikan aspek-aspek sistem kekebalan yang melawan infeksi, kemudian merusak respons kekebalan alami tubuh. Kondisi ini memungkinkan orang dengan gangguan kecemasan kronis mudah terkena flu, infeksi dan masalah pencernaan mulai dari kehilangan nafsu makan, mual, diare, dan perasaan perut bergejolak. Bahkan bisa terkena sindrom iritasi usus.
Kemudian, bagaimana hubungannya dengan otak? Kecemasan berlebihan dapat menyebabkan OCD, Obsessive Compulsive Disorder, gangguan kecemasan di mana penderitanya memiliki pikiran yang tidak masuk akal dan menimbulkan perilaku berulang ulang. Merasa belum bersih, cuci tangan berkali kali. Merasa tidak aman, memasang masker meski di rumah, tidak mau bicara dengan siapapun. Mengecek berita seputar wabah terus menerus. Melihat siapa saja yang meninggal,berapa orang yang tertular, berapa persen tingkat kematian. Konsentrasinya hanya terpusat pada hal hal yang dianggap membahayakan dirinya. Otomatis, ia tidak bisa bekerja dengan baik dan pada kondisi ini, jangankan berpikir kreatif , menyelesaikan pekerjaan rutin saja bisa jadi tidak dapat dilakukan.
Dalam agama, sudah diingatkan jangan menjadi lemah. Karena Allah telah menjadikan diri kita sempurna, tinggi derajatnya dan mampu melakukan apapun Allah juga tidak menyukai orang orang yang lemah, berdiam diri menyesali hidup dan tidak melakukan apapun.
Sudah saatnya menghadapi realita yang ada. Benar, ada sebuah kondisi tidak normal yang sedang terjadi, tetapi tetaplah melaksanakan aktivitas dengan normal dan menjalankan fungsi dengan sebaik-baiknya. Bagi mereka yang bekerja di organisasi atau perusahaan, tetap bekerja meski dengan cara yang berbeda.
Muncul pertanyaan, bagaimana caranya?
Munculkan rasa optimis, focus pada hal yang positif. Lihat bagaimana upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah menangani wabah. Tiru dan contoh semangat tinggi para dokter, suster, petugas kesehatan yang siang malam terus berusaha melayani pasien. Para penggerak sosial yang bersemangat melakukan pencegahan wabah dengan melakukan sosialisasi hidup sehat, melakukan penyeprotan disinfection, memberikan bantuan dalam bentuk penyaluran makanan sehat, vitamin dan lain sebagainya.
Perbanyak referensi bacaan, video yang dapat membangkitkan semangat . Berkomunikasilah dengan orang orang yang berpikiran positive dan tetap aktif. Lakukanlah hal hal yang bisa dilakukan. Timbulkan gairah melakukan hal-hal positif . Tanya pada diri, “Apa yang bisa kulakukan untuk diriku,keluarga, lingkungan, organisasi, bangsa dan negara.”
Semua yang sudah terjadi adalah atas kehendak-NYA dan kita diberikan pilihan untuk melakukan ikhtiar atau usaha sebanyak-banyaknya, sembari selalu meyakini, pertolongan Allah sangat dekat. Jadilah mereka yang masuk dalam golongan, “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”.
Salam Inspirasi