Sudah memasuki bulan ke-5 WFH diberlakukan sejak Pandemic Covid 19 muncul di Indonesia. Secara teknologi,tidak ada issue bagi Millenials yang sudah terbiasa menggunakan online. Millenials memiliki kecepatan, ketangguhan, kecerdasan, serta jejaring untuk berinovasi berbasis teknologi sehingga memudahkan untuk menyosialiasikan pola kehidupan baru dengan istilah new normal. Berbeda dengan generasi X dan generasi Baby boomer yang tidak nyaman dengan perubahan. Kebiasaan bertatap muka langsung dan berkoordinasi langsung di samping kurang tertarik dengan komunikasi melalui online menyebabkan di fase awal perubahan cukup melelahkan. Meski selanjutnya generasi X merasa beruntung dengan pola WFH karena sambil bekerja bisa sambil mengerjakan pekerjaan rumah dan menjalankan peran sebagai orangtua mendampingi anak belajar.
Pertanyaannya, apakah kemudian generasi Millenials enjoy dengan model bekerja seperti ini?
Secara umum mereka enjoy. Namun hati-hati, ada potensi stress yang muncul diam diam yang menghantui. Hal ini berkaitan dengan bagaimana memilah pekerjaan dan mengatur perencanaan kegiatan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, spontanitas dalam merencanakan details hal-hal yang harus mereka follow up, apalagi saat harus berkoordinasi dan berhubungan dengan pihak ketiga yang selama ini biasa dihandle oleh superordinate mereka ,generasi X. Ketahanan menjalin komunikasi dan menjalin hubungan dengan orang baru tidak dimiliki dan ini menyebabkan psikis mereka lelah yang kemudian berpengaruh pada mood bekerja.
Secara sosial, generasi Millenials sebenarnya merasa tertekan. Adanya ekspektasi yang tinggi, kompetisi semakin banyak dan kurangnya pengalaman millennials berinteraksi dengan banyak orang secara intens menyebabkan millennials kurang memiliki referensi bagaimana sebaiknya menangani sebuah kondisi maupun masalah yang muncul.
Sebenarnya millennials tidak perlu sampai masuk ke area stress. Saat pikiran sudah mulai lelah dan bad mood menyerang, mulailah mengalihkan perhatian dengan hal hal yang membuat mood booster meningkat. Misalnya dengan menjalankan hobi seperti mendengarkan musik, meningkatkan komunikasi dengan teman teman sebaya atau dengan orang lebih senior yang mereka anggap nyaman untuk saling berbagi dan bercerita sehingga permasalahan yang dihadapi dapat di pecahkan bersama.
Selain itu, mengkonsumsi makanan sehat juga menjadi salah satu cara agar tidak terperangkap dalam stress. Di samping olahraga teratur dan mendapatkan konsumsi udara segar di pagi atau sore hari. Yang terpenting adalah millennials sudah harus memulai belajar mengendalikan pikirannya untuk selalu positif. Hindari bersikap cuek dan cenderung menghindari masalah. Karena hal itu hanya akan membuat diri semakin stress.
Jika sudah melakukan semua hal tersebut, bagaimana jika millennials masih merasa tertekan, motivasi menurun, pekerjaan berantakan dan tubuh mengirim sinyal sakit? Saat itulah perusahaan perlu menghubungi ahlinya. Silahkan kontak training provider yang berfokus pada people development. Semoga segera menemukan solusi terbaik dan para millennials pun kembali bersinar, siap menghadapi tantangan masa depan.
Salam inspirasi